Ibarat kita memiliki sebuah hape, casing sangat bagus dan kinclong tapi belum tentu jeroannya juga bagus, lalu bagaiman menilainya tanya pada ahlinya misal hape ini batrai kurang bagus, RAMnya kecil dan Lemot pada saat di pakai,Begitu juga manusia.
Begitu juga manusia jangan di lihat dari cassingnya, kadang-kadang casingnya bagus atau penampilannya bagus tapi hatinya jahat, trus bagaiman cara menilainya?.Hal ini sangat dibutuhkan oleh seseorang yang ingin mencari pasangan hidup, mencari suami atau istri.
Bisa saja diketahui dari orang-orang yang pernah bersama dengannya.
Mereka akan bisa beri penilaian. Namun sulit bagi kita bertanya pada orang yang memproduksi, karena pasti orang yang akan dinilai selalu dapat penilaian positif dan sisi negatif selalu ditutup-tutupi.
Karenanya tanyalah pada teman karibnya. Tanyalah pada teman kosnya. Tanyalah pada teman kampusnya. Tanyalah pada seorang alim yang dekat dengannya. Mereka-mereka tadi akan lebih tahu isi casing tersebut.
Karena kadang kita temui …
Ada orang yang terlihat alim dilihat dari penampilan, tak tahunya punya hubungan gelap dengan perempuan.
Ada orang yang terlihat berjubah, tak tahunya berpemahaman sesat.
Ada orang yang lantunan bacaan qurannya bagus, tak tahunya kelakuannya sering tonton video yang tidak genah.
Ada orang yang terlihat biasa-biasa, eehh … malah dialah yang lebih mulia di sisi Allah.
Dari Abu Hurairah ‘Abdurrahman bin Shakr radhiyallahu ‘anhu, ia berkata bahwa Rasullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
Kadang kadang kita menilai orang hanya sebatas lahiriyah bukan secara batiniyah Namun kadang kita bisa tahu jeleknya seseorang dari komentar orang yang pernah dekat dengannya atau ada bukti aktual yang membongkar kejelekannya sendiri.
Al-Qurthubi memaparkan dalam Al-Mufhim limaa Asykala min Talkhish Kitab Muslim (6: 539), “Kalau hati itu yang memperbagus amalan lahiriyah dan amalan hati adalah suatu yang ghaib bagi kita, maka janganlah menebak-nebak hal batin seseorang dengan mudah karena cuma sekedar melihat dari casing luar dari ketaatan atau kesalahan yang dilakukan.
Siapa saja yang menjaga amalan baik secara lahiriyah, Allah-lah yang mengetahui bagaimana sifat jelek atau tercela yang ada dalam hatinya. Sebaliknya, siapa pun yang melihat seseorang berbuat jelek dan itu nampak, maka barangkali ada sifat baik dalam hatinya yang menyebabkan kesalahannya diampuni.
Karenanya amalan lahiriyah hanya jadi sangkaan kuat, namun tak menunjukkan secara tegas isi hati seseorang baik ataukah tidak.
Sehingga kita tidak boleh berlebihan dalam mengagungkan orang yang kita lihat secara lahiriyah nampak gemar beramal shalih. Begitu pula jangan sampai menganggap hina orang muslim yang secara lahiriyah dilihat jelek. Kita tetap mencela perbuatan jelek yang dilakukan, namun bukan mencela individunya untuk selamanya.
Casing Manusia
Bisa saja diketahui dari orang-orang yang pernah bersama dengannya.
Mereka akan bisa beri penilaian. Namun sulit bagi kita bertanya pada orang yang memproduksi, karena pasti orang yang akan dinilai selalu dapat penilaian positif dan sisi negatif selalu ditutup-tutupi.
Karenanya tanyalah pada teman karibnya. Tanyalah pada teman kosnya. Tanyalah pada teman kampusnya. Tanyalah pada seorang alim yang dekat dengannya. Mereka-mereka tadi akan lebih tahu isi casing tersebut.
Karena kadang kita temui …
Ada orang yang terlihat alim dilihat dari penampilan, tak tahunya punya hubungan gelap dengan perempuan.
Ada orang yang terlihat berjubah, tak tahunya berpemahaman sesat.
Ada orang yang lantunan bacaan qurannya bagus, tak tahunya kelakuannya sering tonton video yang tidak genah.
Ada orang yang terlihat biasa-biasa, eehh … malah dialah yang lebih mulia di sisi Allah.
ALLAH Menilai dari Hatinya
Dari Abu Hurairah ‘Abdurrahman bin Shakr radhiyallahu ‘anhu, ia berkata bahwa Rasullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
«
إِنَّ اللَّهَ لاَ يَنْظُرُ إِلَى أَجْسَادِكُمْ وَلاَ إِلَى صُوَرِكُمْ
وَلَكِنْ يَنْظُرُ إِلَى قُلُوبِكُمْ ». وَأَشَارَ بِأَصَابِعِهِ إِلَى
صَدْرِهِ
“Sesungguhnya Allah tidaklah melihat pada tubuh kalian. Akan tetapi, Allah melihat pada hati kalian.” Beliau berisyarat menunjuk dadanya dengan jari-jemarinya. (HR. Muslim, no. 2564).
Cara Menilai Orang
Kadang kadang kita menilai orang hanya sebatas lahiriyah bukan secara batiniyah Namun kadang kita bisa tahu jeleknya seseorang dari komentar orang yang pernah dekat dengannya atau ada bukti aktual yang membongkar kejelekannya sendiri.
Jangan Berlebihan Menilai Orang Lain
Al-Qurthubi memaparkan dalam Al-Mufhim limaa Asykala min Talkhish Kitab Muslim (6: 539), “Kalau hati itu yang memperbagus amalan lahiriyah dan amalan hati adalah suatu yang ghaib bagi kita, maka janganlah menebak-nebak hal batin seseorang dengan mudah karena cuma sekedar melihat dari casing luar dari ketaatan atau kesalahan yang dilakukan.
Siapa saja yang menjaga amalan baik secara lahiriyah, Allah-lah yang mengetahui bagaimana sifat jelek atau tercela yang ada dalam hatinya. Sebaliknya, siapa pun yang melihat seseorang berbuat jelek dan itu nampak, maka barangkali ada sifat baik dalam hatinya yang menyebabkan kesalahannya diampuni.
Karenanya amalan lahiriyah hanya jadi sangkaan kuat, namun tak menunjukkan secara tegas isi hati seseorang baik ataukah tidak.
Sehingga kita tidak boleh berlebihan dalam mengagungkan orang yang kita lihat secara lahiriyah nampak gemar beramal shalih. Begitu pula jangan sampai menganggap hina orang muslim yang secara lahiriyah dilihat jelek. Kita tetap mencela perbuatan jelek yang dilakukan, namun bukan mencela individunya untuk selamanya.
0 komentar:
Post a Comment